SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA - SILAHKAN TINGGALKAN PESAN ANDA

24 Januari 2012

MINAT BACA BUKU YANG SIRNA
Keberadaan masyarakat Indonesia semakin meningkat dalam berbagai bidang. Kemajuan tersebut dibarengi dengan adanya perubahan kondisi dalam kehidupan mulai masyarakat tingkat bawah sampai tingkat orang-orang berada(Kaya). Dalam kehidupan itu menunjukkan adanya kemajuan yang sangat signifikan, akan tetapi perlu dilihat secara dari sisi lain banyak perubahan itu menunjuukkan adanya ketimpangan yang mendasar.
Kesenjangan dan ketimpangan itulah yang menyebabkan kurang begitu memperhatikan bagaiamana masyarakat tetap maju/ berkembang kakan tetqapi tidak menghiloangkan sisi kehidupan yang sudah diwariskan oleh masyarakat pendahulu ( nenek moyang kita ). Maka perlu di pertanhankan aspek aspek kehidupan yang sangat mendasar terutama memahami nilai nilai kehidupan yang sesuai dengan norma agama, budaya, moral, dan norma norma lainnya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Kehidupan tersebut dapat menghilangkan rasa kebangsaan, patriotisme yang saat ini banyak mqasyarakat Indonesia terbawa oleh budaya-bbudaya asing. Kemajuan teknologi dan komunikasi itulah yang paling berbahaya. Mengapa demikian, banyak remaja saat ini menunjukkan kemunduran dalam memaknai nilai nilai yang ada sejak dulu.
Gambaran seperti itulah diantaranya penyebab kemunduran masyarakat Indonesia. Taka kalah lagi dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini, khususnya kalangan pelajar yang nota bene kemajuan tekonolgi merupakan sebuah sumber belajar yang cukup handal. Sarana pendukung itulah para pendidik merasa harus beadaptasi dengan kemajuan teknologi dqan konmnikasi.
Kalagan pendidik mau tidak mau harus berkolaboraqsi dengan dunia teknologi. Tapia pa yang terjadi dengan dunia pendidikan. Kemajuan yang diharapkan oleh semua kalangan masyarakat bukan merupakan sebuah jaminan terhadap keberhasilan pendidikan. Justru sebaliknya, keadaan dunia pendidikan bertolakbelakang dengan harapan. Sehingga kolaborasi aitulah yang pada akhirnya menunjukkan adanya kehancuran yangcukup memprihatinkan.
Lihat saja Dunia pendidikan mulai dari tingkat SD sampai Tingkat Perguruan Tinggi. Menurunnya hal itu diantaranya Minat baca siswa yang sudah buta. Karena terjebak dengan adanya sarana teknologi yang mendampinginya. Sarana teknologi tidak dijadikan sumber belajar atau sarana belajar. Akan tetapi dijadikan sebuah naluri hidup yang tanpa teknologi masyarakat merasa ada kehilangan sesuatu….”. dan sumber sumber belajar seperti buku-buku menjadi sbeuah hiasan yang tanpa banyak disentuh.
Kebutuhan dalam dunia pendidikan seperti buku seperti pelelngkap yang datang dari dunia maya, tidak seperti apa dan harus dibagaimanakan buku itu.
Banyak fakta dari setiap sekolah sarana buku yang ada di perpustakaan hanya menjadi sebuah hiasan belaka. Buku-buku yang ada dan banyak di kirim oleh pihak Departemen terkait dan merupakan sebuah program departemen pendidikan nasional bahwa setiap sekolah tidak boleh menjual buku buku lainnya. Namun yan terlaihat perpustakaan itu seperti tidak ada penghuninya.
Dengan demikian minat baca siswa dalam dunia pendidikan bahkan masyarakat umumnya semakin menurun. Hal lain juga karena meningkatnya ekonomi. Sebagai pengukur suhu tubuh intelektual manusia,minat baca tidak dapat menyembuhkan penyakit yang disebut budaya nonton.
Dua puuh lima tahun yang lalu Dr. Edward Kimman ( 1981 ) menulis disertasinya bertajuk Indonesian Publishing Economic Organization in A Langganan Society, m,enyimpulkan bahwa di Indonesia dan Negara Negara dunia ketiga umumnya, “ buku merupakan anak terlantar dalam keluarga komunikasi massa”. Tampaknya pendapat itu masih berlaku bagi Negara Indonesiadi tahun 2000-an. Buku menjadi sebuah barang mewah. Masyarakat lebih memilih membeli handpon, sepedaq motor, bahkan sempai di setiap rumah memiliki TV.
Mengapa masmyarakat kita malas membaca buku atau membaca informasi yang berbentuk tulisan ?. Membaca memerlukan energy yang cukup besar., seperti konsentrasi, focus, daya nalar, dan analisis. Sementara masyarakat lebih memilih yang serba instan, mudah, dan ambil jalan pintas.
Masyarakat Barat dengan literalnya lebih dari 500 tahun dan berkembang kuat. Sebaliknya masyarakat kirta seakan ada lompatan budaya dari budaya prabaca ke budaya lisan/visual. Landasan budaya literal di Negara kita belum terbentuk dan kuat.


Ditulis oleh Setiawan,S.Pd.
Guru SMAN 1 Ciawigebang, Kab. Kuningan


0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More