SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA - SILAHKAN TINGGALKAN PESAN ANDA

13 Juli 2009

sastra


13 Mei 2009

Puisi

GEMBALA

M. Yamin

Perasaan siapa tidakkan nyata

Melihat anak berlagu dendang

Seorang saja ditengah padang

Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala

Berteduh di bawah kayu nan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang kerumah di senjakala

Jauh sedikit sesayup sampai

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alam nan elok permai

Wahai gembala di segera hajau

Mendengarkanpuputmu mnurut kerbau

Maulah aku menurutkan dikau










12 Mei 2009

Renungan

Kita sebagai manusia biasa wajib merenungkan apa yang telah kita lakukan. Ketika kita berpikir, apa yang kita pikirkan mestinyadijadikan memori untuk melangkah ke depan agar hdup kita lebih nyaman,tenteram, dan damai. Dekatkan diri kita dengan sang pencipta' allah SWT. yang senantiasa mengawasi jejak langkah setiap hambanya.


11 Mei 2009

Periode Sastra

Periodisasi Sastra Indonesia

  1. Periodisasi Sastra Indonesia Menurut HB. Jassin Oleh: • Alexander Gotama • Deviana Maria • Fiona Angelina • Rafaello Simorangkir
  2. Periodisasi Sastra • Pengertian: penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal kemunculan sampai dengan perkembangannya. • Periodisasi sastra, selain berdasarkan tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.
  3. Periodisasi Sastra • Ada banyak periodisasi sastra yang disusun oleh para kritikus, antara lain oleh: – HB. Jassin – Ajip Rosidi – A. Teeuw – Rahmat Djoko Pradopo • Yang akan dibahas dalam HB. Jassin, kritikus presentasi ini adalah Indonesia Periodisasi Sastra menurut HB. Jassin.
  4. Periodisasi Sastra Indonesia Menurut HB. Jassin • Berikut ini adalah periodisasi sastra menurut HB. Jassin: A. Sastra Melayu Lama B. Sastra Indonesia Modern 1. Angkatan Balai Pustaka 2. Angkatan Pujangga Baru 3. Angkatan ’45 4. Angkatan ‘66
  5. Sastra Melayu Lama • Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia sebelum abad 20. • Ciri-ciri Sastra Melayu Lama: – Masih menggunakan bahasa Melayu – Umumnya bersifat anonim – Berciri istanasentris – Menceritakan hal-hal berbau mistis seperti dewa-dewi, kejadian alam, peri, dsb.
  6. Sastra Melayu Lama • Contoh sastra pada masa Sastra Melayu Lama: • Dongeng tentang arwah, hantu/setan, keajaiban alam, binatang jadi-jadian, dsb. • Berbagai macam hikayat seperti; Hikayat Mahabharata, Hikayat Ramayana, Hikayat Sang Boma. • Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai oleh Hamzah Fansuri. • Gurindam Dua Belas dan Syair Abdul Muluk oleh Raja Ali Haji
  7. Angkatan Balai Pustaka Balai Pustaka merupakan titik tolak kesustraan Indonesia. • Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka adalah: • – Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa Melayu – Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa – Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal – Cerita yang diangkat seputar romantisme. Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat. • Balai Pustaka berhak mengubah naskah apabila dipandang perlu. Contoh hasil sastra yang mengalami pen-sensoran adalah Salah • Asuhan oleh Abdul Muis yang diubah bagian akhirnya dan Belenggu karya Armyn Pane yang ditolak oleh Balai Pustaka karena tidak boleh diubah.
  8. Angkatan Balai Pustaka Contoh sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka: • – Roman • Azab dan Sengsara (Merari Siregar) • Sitti Nurbaya (Marah Rusli) • Muda Teruna (M. Kasim) • Salah Pilih (Nur St. Iskandar) • Dua Sejoli (M. Jassin, dkk.) – Kumpulan Puisi • Percikan Permenungan (Rustam Effendi) • Puspa Aneka (Yogi)
  9. Angkatan ‘45 Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan • yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah: • – Terbuka – Pengaruh unsur sastra asing lebih luas – Corak isi lebih realis, naturalis – Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis – Penghematan kata dalam karya – Ekspresif Chairil Anwar, sastrawan Angkatan ‘45 – Sinisme dan sarkasme – Karangan prosa berkurang, puisi berkembang
  10. Angkatan ‘45 Contoh sastra pada masa Angkatan ’45: • – Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin) – Deru Campur Debu (Chairil Anwar) – Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar) – Pembebasan Pertama (Amal Hamzah) – Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo) – Tandus (S. Rukiah) – Puntung Berasap (Usmar Ismail) – Suara (Toto Sudarto Bakhtiar) – Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang) – Dalam Sajak (Sitor Situmorang) – Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
  11. Angkatan ‘66 Angkatan ’66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. • Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam dalam • aliran sastra, seperti munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lainnya. Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: • – Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan – Bercorak membela keadilan – Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan – Berontak – Pembelaan terhadap Pancasila – Protes sosial dan politik
  12. Angkatan ‘66 Contoh sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: • – Putu Wijaya • Pabrik • Telegram • Stasiun – Iwan Simatupang • Ziarah • Kering • Merahnya Merah – Djamil Suherman • Sarip Tambak-Oso • Perjalanan ke Akhirat
  13. ANGKATAN PUJANGGA BARU
  14. Angkatan Pujangga Baru • Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. • Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi \"bapak\" sastra modern Indonesia.
  15. Angkatan Pujangga Baru Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian • bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928: • – Pertama Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. – Kedoea Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. – Ketiga Kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, • tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
  16. Angkatan Pujangga Baru • Pada masa ini, terbit pula majalah \"Poedjangga Baroe\" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. • Pada masa Angkatan Pujangga Baru, ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu: 1. Kelompok “Seni untuk Seni” 2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat”
  17. Angkatan Pujangga Baru Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara • lain sbb: – Sudah menggunakan bahasa Indonesia – Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang) – Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional – Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme.
  18. Angkatan Pujangga Baru Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan • Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana. Layar Terkembang merupakan kisah roman • antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti. – Yusuf adalah seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita. – Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh kebahagian. – Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita.
  19. Angkatan Pujangga Baru Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana • ingin menyampaikan beberapa hal yaitu: – Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat. – Masalah yang datang harus dihadapi bukan dihindarkan dengan mencari pelarian. Seperti perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan, belas kasihan dan pelarian dari rasa kesepian atau demi status budaya sosial.
  20. Angkatan Pujangga Baru Selain Layar Terkembang, Sutan Takdir • Alisjahbana juga membuat sebuah puisi yang berjudul “Menuju ke Laut”. Puisi “Menuju ke Laut” karya Sutan • Takdir Alisjahbana ini menggunakan laut untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ada pula seorang sastrawan Pujangga • Baru lainnya, Sanusi Pane yang menggunakan laut sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Karya Sanusi Pane ini tertuang dalam • Sanusi Pane, pengarang bentuk puisi yang berjudul “Dalam puisi “Dalam Gelombang” Gelombang”.
  21. Angkatan Pujangga Baru • Ditinjau dari segi struktural, ada persamaan struktur antara puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane yaitu pengulangan bait pertama pada bait terakhir. • Sementara itu, ditinjau dari segi isi, tampak ada perbedaan penggambaran laut dalam puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane. • Jika Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan laut sebagai sebuah medan perjuangan, Sanusi Pane menggambarkan laut sebagai suatu tempat yang penuh ketenangan.
  22. Angkatan Pujangga Baru Menuju ke Laut Dibawa Gelombang Oleh Sutan Takdir Alisjahbana Oleh Sanusi Pane Kami telah meninggalkan engkau, … Tasik yang tenang tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun, Aku bernyanyi dengan suara Seperti bisikan angin di daun dari angin dan topan. Suaraku hilang dalam udara Sebab sekali kami terbangun, Dalam laut yang beralun-alun dari mimpi yang nikmat. Alun membawa bidukku perlahan Ombak riak berkejar-kejaran Dalam kesunyian malam waktu di gelanggang biru di tepi langit. Tidak berpawang tidak berkawan Pasir rata berulang di kecup, Entah kemana aku tak tahu tebing curam ditentang diserang, dalam bergurau bersama angin, dalam berlomba bersama mega. …
  23. Angkatan Pujangga Baru Amir Hamzah diberi gelar sebagai • “Raja Penyair” karena mampu menjembatani tradisi puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Dengan susah payah dan tak selalu berhasil, dia cukup berhasil menarik keluar puisi Melayu dari puri-puri Istana Melayu menuju ruang baru yang lebih terbuka yaitu bahasa Indonesia, yang menjadi alasdasar dari Indonesia yang sedang dibayangkan bersama. Selain Sutan Takdir Alisjahbana, ada pula tokoh lain yang terkenal dari Angkatan Pujangga Baru sebagai “Raja Penyair” yaitu Tengku Amir Hamzah.
  24. Sastrawan dan Hasil Karya Sastrawan pada Angkatan Pujangga Baru beserta hasil • karyanya antara lain sbb: – Sultan Takdir Alisjahbana • Contoh: Di Kakimu, Bertemu – Sutomo Djauhar Arifin • Contoh: Andang Teruna (fragmen) – Rustam Effendi • Contoh: Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil – Asmoro Hadi • Contoh: Rindu, Hidup Baru – Hamidah • Contoh: Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen)
  25. Sastrawan dan Hasil Karya – Amir Hamzah • Contoh: Sunyi, Dalam Matamu – Hasjmy • Contoh: Ladang Petani, Sawah – Lalanang • Contoh: Bunga Jelita – O.R. Mandank • Contoh: Bagaimana Sebab Aku Terdiam – Mozasa • Contoh: Amanat, Kupu-kupu
  26. Presentasi selesai sampai di sini-- • Terima kasih atas waktu yang telah diluangkan untuk mendengarkan presentasi kelompok kami 


Periode Sastra

Periodisasi Sastra Indonesia

  1. Periodisasi Sastra Indonesia Menurut HB. Jassin Oleh: • Alexander Gotama • Deviana Maria • Fiona Angelina • Rafaello Simorangkir
  2. Periodisasi Sastra • Pengertian: penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal kemunculan sampai dengan perkembangannya. • Periodisasi sastra, selain berdasarkan tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.
  3. Periodisasi Sastra • Ada banyak periodisasi sastra yang disusun oleh para kritikus, antara lain oleh: – HB. Jassin – Ajip Rosidi – A. Teeuw – Rahmat Djoko Pradopo • Yang akan dibahas dalam HB. Jassin, kritikus presentasi ini adalah Indonesia Periodisasi Sastra menurut HB. Jassin.
  4. Periodisasi Sastra Indonesia Menurut HB. Jassin • Berikut ini adalah periodisasi sastra menurut HB. Jassin: A. Sastra Melayu Lama B. Sastra Indonesia Modern 1. Angkatan Balai Pustaka 2. Angkatan Pujangga Baru 3. Angkatan ’45 4. Angkatan ‘66
  5. Sastra Melayu Lama • Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia sebelum abad 20. • Ciri-ciri Sastra Melayu Lama: – Masih menggunakan bahasa Melayu – Umumnya bersifat anonim – Berciri istanasentris – Menceritakan hal-hal berbau mistis seperti dewa-dewi, kejadian alam, peri, dsb.
  6. Sastra Melayu Lama • Contoh sastra pada masa Sastra Melayu Lama: • Dongeng tentang arwah, hantu/setan, keajaiban alam, binatang jadi-jadian, dsb. • Berbagai macam hikayat seperti; Hikayat Mahabharata, Hikayat Ramayana, Hikayat Sang Boma. • Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai oleh Hamzah Fansuri. • Gurindam Dua Belas dan Syair Abdul Muluk oleh Raja Ali Haji
  7. Angkatan Balai Pustaka Balai Pustaka merupakan titik tolak kesustraan Indonesia. • Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka adalah: • – Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa Melayu – Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa – Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal – Cerita yang diangkat seputar romantisme. Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat. • Balai Pustaka berhak mengubah naskah apabila dipandang perlu. Contoh hasil sastra yang mengalami pen-sensoran adalah Salah • Asuhan oleh Abdul Muis yang diubah bagian akhirnya dan Belenggu karya Armyn Pane yang ditolak oleh Balai Pustaka karena tidak boleh diubah.
  8. Angkatan Balai Pustaka Contoh sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka: • – Roman • Azab dan Sengsara (Merari Siregar) • Sitti Nurbaya (Marah Rusli) • Muda Teruna (M. Kasim) • Salah Pilih (Nur St. Iskandar) • Dua Sejoli (M. Jassin, dkk.) – Kumpulan Puisi • Percikan Permenungan (Rustam Effendi) • Puspa Aneka (Yogi)
  9. Angkatan ‘45 Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan • yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah: • – Terbuka – Pengaruh unsur sastra asing lebih luas – Corak isi lebih realis, naturalis – Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis – Penghematan kata dalam karya – Ekspresif Chairil Anwar, sastrawan Angkatan ‘45 – Sinisme dan sarkasme – Karangan prosa berkurang, puisi berkembang
  10. Angkatan ‘45 Contoh sastra pada masa Angkatan ’45: • – Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin) – Deru Campur Debu (Chairil Anwar) – Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar) – Pembebasan Pertama (Amal Hamzah) – Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo) – Tandus (S. Rukiah) – Puntung Berasap (Usmar Ismail) – Suara (Toto Sudarto Bakhtiar) – Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang) – Dalam Sajak (Sitor Situmorang) – Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
  11. Angkatan ‘66 Angkatan ’66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. • Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam dalam • aliran sastra, seperti munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lainnya. Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: • – Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan – Bercorak membela keadilan – Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan – Berontak – Pembelaan terhadap Pancasila – Protes sosial dan politik
  12. Angkatan ‘66 Contoh sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: • – Putu Wijaya • Pabrik • Telegram • Stasiun – Iwan Simatupang • Ziarah • Kering • Merahnya Merah – Djamil Suherman • Sarip Tambak-Oso • Perjalanan ke Akhirat
  13. ANGKATAN PUJANGGA BARU
  14. Angkatan Pujangga Baru • Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. • Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi \"bapak\" sastra modern Indonesia.
  15. Angkatan Pujangga Baru Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian • bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928: • – Pertama Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. – Kedoea Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. – Ketiga Kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, • tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
  16. Angkatan Pujangga Baru • Pada masa ini, terbit pula majalah \"Poedjangga Baroe\" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. • Pada masa Angkatan Pujangga Baru, ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu: 1. Kelompok “Seni untuk Seni” 2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat”
  17. Angkatan Pujangga Baru Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara • lain sbb: – Sudah menggunakan bahasa Indonesia – Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang) – Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional – Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme.
  18. Angkatan Pujangga Baru Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan • Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana. Layar Terkembang merupakan kisah roman • antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti. – Yusuf adalah seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita. – Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh kebahagian. – Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita.
  19. Angkatan Pujangga Baru Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana • ingin menyampaikan beberapa hal yaitu: – Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat. – Masalah yang datang harus dihadapi bukan dihindarkan dengan mencari pelarian. Seperti perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan, belas kasihan dan pelarian dari rasa kesepian atau demi status budaya sosial.
  20. Angkatan Pujangga Baru Selain Layar Terkembang, Sutan Takdir • Alisjahbana juga membuat sebuah puisi yang berjudul “Menuju ke Laut”. Puisi “Menuju ke Laut” karya Sutan • Takdir Alisjahbana ini menggunakan laut untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ada pula seorang sastrawan Pujangga • Baru lainnya, Sanusi Pane yang menggunakan laut sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Karya Sanusi Pane ini tertuang dalam • Sanusi Pane, pengarang bentuk puisi yang berjudul “Dalam puisi “Dalam Gelombang” Gelombang”.
  21. Angkatan Pujangga Baru • Ditinjau dari segi struktural, ada persamaan struktur antara puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane yaitu pengulangan bait pertama pada bait terakhir. • Sementara itu, ditinjau dari segi isi, tampak ada perbedaan penggambaran laut dalam puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane. • Jika Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan laut sebagai sebuah medan perjuangan, Sanusi Pane menggambarkan laut sebagai suatu tempat yang penuh ketenangan.
  22. Angkatan Pujangga Baru Menuju ke Laut Dibawa Gelombang Oleh Sutan Takdir Alisjahbana Oleh Sanusi Pane Kami telah meninggalkan engkau, … Tasik yang tenang tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun, Aku bernyanyi dengan suara Seperti bisikan angin di daun dari angin dan topan. Suaraku hilang dalam udara Sebab sekali kami terbangun, Dalam laut yang beralun-alun dari mimpi yang nikmat. Alun membawa bidukku perlahan Ombak riak berkejar-kejaran Dalam kesunyian malam waktu di gelanggang biru di tepi langit. Tidak berpawang tidak berkawan Pasir rata berulang di kecup, Entah kemana aku tak tahu tebing curam ditentang diserang, dalam bergurau bersama angin, dalam berlomba bersama mega. …
  23. Angkatan Pujangga Baru Amir Hamzah diberi gelar sebagai • “Raja Penyair” karena mampu menjembatani tradisi puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Dengan susah payah dan tak selalu berhasil, dia cukup berhasil menarik keluar puisi Melayu dari puri-puri Istana Melayu menuju ruang baru yang lebih terbuka yaitu bahasa Indonesia, yang menjadi alasdasar dari Indonesia yang sedang dibayangkan bersama. Selain Sutan Takdir Alisjahbana, ada pula tokoh lain yang terkenal dari Angkatan Pujangga Baru sebagai “Raja Penyair” yaitu Tengku Amir Hamzah.
  24. Sastrawan dan Hasil Karya Sastrawan pada Angkatan Pujangga Baru beserta hasil • karyanya antara lain sbb: – Sultan Takdir Alisjahbana • Contoh: Di Kakimu, Bertemu – Sutomo Djauhar Arifin • Contoh: Andang Teruna (fragmen) – Rustam Effendi • Contoh: Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil – Asmoro Hadi • Contoh: Rindu, Hidup Baru – Hamidah • Contoh: Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen)
  25. Sastrawan dan Hasil Karya – Amir Hamzah • Contoh: Sunyi, Dalam Matamu – Hasjmy • Contoh: Ladang Petani, Sawah – Lalanang • Contoh: Bunga Jelita – O.R. Mandank • Contoh: Bagaimana Sebab Aku Terdiam – Mozasa • Contoh: Amanat, Kupu-kupu
  26. Presentasi selesai sampai di sini-- • Terima kasih atas waktu yang telah diluangkan untuk mendengarkan presentasi kelompok kami 


Sastra Indonesia

Sutardji Calzoum Bachri


Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu pada tanggal 24 Juni 1941 adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.

Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.

Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.

Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji dianugerah hadiah South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam sastra di Bangkok, Thailand.

O Amuk Kapak merupakan penerbitan yang lengkap sajak-sajak Calzoum Bachri dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern.

Peralatan pribadi
Kotak peralatan


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More