SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA - SILAHKAN TINGGALKAN PESAN ANDA

20 September 2012

RESENSI NOVEL


Contoh Resensi Buku Fiksi atau Novel
Aug 04, 2012
Pada pembelajaran yang lalu kamu telah memahami pengertian dan bentuk tulisan
resensi buku fiksi. Bahkan kamu telah berusaha menganalisis, membandingkan beberapa
 tulisan resensi untuk memahami kelengkapan dan kekurangan suatu resensi. Pada
 pembelajaran kali ini kamu diharapkan dapat menulis resensi buku fiksi atau karya sastra
 secara baik dan tepat.
Contoh Resensi Buku Fiksi atau Novel
Menulis resensi suatu karya sastra, berarti kamu harus mampu menganalisis karya sastra
 yang akan kamu resensi. kamu harus mampu menganalisis dan memberikan penilaian unsur
-unsur karya sastra seperti: tema cerita, alur, latar, penokohan, sudut pandang, penggunaan
 bahasa, dalam karya sastra yang kamu resensi. Berikut contoh resensi buku novel yang
 bisa kamu pelajari.
Contoh Resensi Buku Fiksi
Judul : Matilda.
Pengarang : Ronald Dahl
(Ilustrasi oleh Quentin Blake).
Alihbahasa : Agus Setiadi.
Penerbit : Gramedia, 1991.
Tebal : 259 halaman.
Ukuran : 13,5 x 19,8 cm.
Enak rasanya memahami dunia anak-anak dan berkecimpung di dalamnya. Anak-anak dapat
 berpikir seperti orang dewasa, bahkan lebih bijak lagi tanpa meninggalkan citra anak-anak
yang suci dan polos. Itu kira-kira yang ingin disampaikan oleh Ronald Dahl kepada pembaca
 Matilda. Buku setebal 259 halaman yang tidak terasa tebal jika dibaca ini menampilkan
sosok Matilda, bocah 5 tahun yang hobinya membaca. Buku-buku karya pengarang dunia
seperti Charles Dickens, Voltaire, Hemingway, Kliping, Tagori, Shakespiere sudah dibacanya
 saat umurnya belum genap 5 tahun.
Buku ini menarik karena diberi ilustrasi yang menunjang. Katakatanya enak dibaca, dan
memiliki adegan-adegan di luar batas kenormalan. Mungkinkah ada kepala sekolah SD yang
 tega menarik kepang rambut muridnya dan membuat anak itu seperti baling-baling di atas
kepala Kepsek hanya karena si anak tidak memotong rambut keemasannya? (hlm. 123).
 Mungkinkah pula ada seorang Kepsek yang mempunyai alat-alat untuk menghukum siswa
 bandel bak alat-alat penyiksaan di kamp Nazi; dan menyuruh seorang anak kecil memakan
 kue tar coklat berdiameter 20 cm? Dan rasanya tidak ada di dunia ini orangtua menganggap
anak perempuannya yang bungsu (Matilda) sebagai bisul yang mengganggu (hlm. 10).
Meskipun cerita-ceritanya memberi kesan menyeramkan, kala membacanya kita tidak merasa
 merinding karena gaya penceritaan dibuat seringan mungkin, sesuai dengan sasaran pembaca
buku ini, yaitu anak-anak SD di Inggris sana. Yang mungkin agak membuat pembaca
 Indonesia bingung adalah siapa sasaran pembaca buku ini. Dalam katalog, buku ini
dikatagorikan sebagai fiksi anak-anak. Namun, mengingat jumlah halaman dan kosakatanya,
 buku ini terasa berat bagi anak-anak SD di Indonesia.
Matilda menceritakan seorang anak berumur 5 tahun yang memiliki kepandaian di atas
ukuran orang dewasa. Sialnya, kepandaiannya ini tidak diperhatikan orangtuanya karena
mereka tergolong orangtua yang menganggap anaknya sebagai kutu yang menjijikkan.
 Bahkan, orangtuanya menganggap Matilda tidak berguna dan bodoh (hlm. 27). Hampir
 separoh kisah Matilda bercerita tentang ”pembalasan” Matilda terhadap sikap dan ucapan
 orang tuanya. Dengan kemampuan supernya, yaitu mampu menggerakkan barang hanya
dengan pikiran saja, Matilda berhasil membantu Miss. Honey mendapatkan rumah dan
uangnya yang diambil Kepala Sekolah SD, Ibu Thrunchbull.
Pembalasan Matilda dimungkinkan terjadi karena selain cerdas, Matilda juga banyak
membaca. Matilda yang tersia-sia ini akhirnya tinggal dengan Miss. Honey, gurunya,
karena orangtuanya dan kakaknya pindah ke Spanyol akibat kasus kejahatan yang mereka
lakukan. Ronald Dahl tampaknya menekankan pentingnya kegemaran membaca. Tokoh-
tokoh baik dan pintar dalam buku ini adalah orangorang yang gemar membaca, sedangkan
tokoh-tokoh jahat seperti orangtua Matilda dan Kepsek adalah orang-orang yang hobinya
bermain.


0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More